Jakarta, CNBC Indonesia – Bencana krisis air melanda Siprus. Hal ini bahkan terjadi sesaat sebelum pulau di Laut Tengah itu berada dalam masa liburan musim panas.

Mengutip Cyprus Mail, Senin (26/5/2025), isu kelangkaan air telah menjadi isu yang sangat serius di Siprus dan telah masuk pada pembahasan Parlemen Eropa (EP). Lembaga itu telah secara terus menerus membahas solusi manajemen dan investasi pengelolaan air di pulau berbahasa Yunani itu.

Laporan ini juga diperkuat kategorisasi PBB yang menyebut suatu negara mengalami ‘tekanan air’ ketika sumber daya air tahunannya turun di bawah 1700 meter kubik per penduduk. Pasalnya, berdasarkan hal ini, Siprus mengalami tekanan air kronis, sehingga memerlukan langkah-langkah lebih lanjut.

“Kami mendorong tindakan mendesak untuk mengurangi dampak kekeringan, seperti peningkatan penggunaan air limbah, peningkatan penghematan air pada bangunan dan sektor industri, serta peningkatan efisiensi air di bidang pertanian dan menekankan pentingnya keamanan pasokan air,” ujar EP.

Menurut hasil riset Eurostat, rata-rata sumber daya air tawar tahunan jangka panjang di Siprus adalah yang terendah kedua di Eropa, setelah Malta, yaitu 400 meter kubik per orang per tahun. Rata-rata untuk Eropa adalah 4000 meter kubik per orang per tahun.

“Meskipun demikian, penggunaan air rumah tangga Siprus adalah yang tertinggi kedua di Eropa, hanya sedikit lebih rendah daripada di Yunani, yaitu 105 meter kubik per orang pada tahun 2021, dibandingkan dengan median Eropa sekitar 40-50 meter kubik per orang,” tutur Eurostat.

Sama halnya dengan negara-negara Eropa lainnya, perubahan iklim memperburuk masalah air di Siprus. Panas ekstrem dan kekeringan berkepanjangan akan terus terjadi sehingga menekan jumlah air di negara itu.

“Di sekitar Mediterania, dan bahkan lebih lagi di Siprus, peningkatan suhu akibat perubahan iklim dan pola cuaca yang berubah jauh lebih tinggi daripada rata-rata global dan, jika ada, suhu tersebut diproyeksikan akan terus meningkat seiring berjalannya waktu.”

Raja Arab Beri Bantuan

Di tengah bencana kekeringan dan krisis air ini, Siprus telah menerima 13 unit desalinasi bergerak dari Uni Emirat Arab, yang dikirimkan secara gratis. Atas hal ini, Menteri Pertanian Maria Panayiotou menuturkan terima kasihnya kepada Abu Dhabi, namun tetap berpesan agar warganya tidak berpuas diri.

“Ini seharusnya tidak membuat kita berpuas diri. Orang-orang harus tetap menggunakan air dengan hemat,” katanya dikutip Reuters.

Meskipun Siprus memiliki jaringan waduk yang luas, negara itu semakin bergantung pada desalinasi dalam beberapa dekade terakhir untuk mengimbangi menurunnya curah hujan.

Hingga Senin, 18 waduk terbesar di negara itu hanya terisi 21,7%, menurut data resmi. Sejauh ini, Siprus memiliki empat pabrik desalinasi besar dengan kapasitas produksi air harian gabungan sekitar 220.000 meter kubik.

(tps/tps)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Inggris Hadapi Musim Semi Paling Kering Sepanjang Sejarah





Next Article



Gaza Masih Pilu, Pontang-panting Warga Cari Air Usai Gencatan Senjata





Sumber: www.cnbcindonesia.com

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *