Jakarta, CNBC Indonesia – Keuntungan industri di China naik untuk bulan kedua berturut-turut pada April. Pertumbuhan membaik meskipun ada tarif dagang yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan tekanan deflasi yang terus-menerus.
Data resmi Selasa (27/5/2025) menunjukkan, pertumbuhan meningkat dari 2,6% pada bulan Maret. Keuntungan kumulatif di perusahaan industri besar naik 3% bulan lalu dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Menurut Biro Statistik Nasional China, dalam empat bulan pertama tahun ini, laba industri naik 1,4%, tahun ke tahun. Ini didukung oleh laba yang lebih kuat di sektor peralatan dan manufaktur berteknologi tinggi.
“Pertumbuhan laba pada bulan April lebih kuat dari yang diharapkan,” kata kepala ekonom untuk China di ING, Lynn Song, dikutip CNBC International.
“Ada tanda menggembirakan bahwa perusahaan manufaktur melihat peningkatan laba bersih meskipun lingkungan eksternal yang lebih menantang,” tambahnya.
Peningkatan laba perusahaan industri sebagian besar karena upaya Beijing untuk mendukung sektor swasta. Langkah ini terbukti efektif mengimbangi beberapa dampak negatif dari tarif AS.
“Tren ini menggarisbawahi efektivitas berbagai intervensi kebijakan dalam mengurangi tunggakan yang terutang kepada perusahaan swasta dan memastikan pembayaran tepat waktu kepada bisnis kecil dan menengah,” kata profesor asosiasi tambahan di Sekolah Bisnis CUHK, Bruce Pang.
Di sisi lain, keuntungan dalam industri manufaktur berteknologi tinggi dari Januari hingga April naik 9% dari tahun sebelumnya, dengan peningkatan yang nyata dalam produk biofarmasi dan manufaktur pesawat terbang. Didukung oleh skema yang mensubsidi konsumen yang memperdagangkan barang elektronik dan peralatan lama, produsen peralatan rumah tangga juga melihat peningkatan laba lebih dari 15% dari tahun lalu.
Laba di sektor pertambangan turun 26,8% tahun ke tahun pada periode Januari hingga April. Sektor manufaktur dan utilitas- listrik, pemanas, gas, dan pasokan air- mengalami kenaikan masing-masing 8,6% dan 4,4%.
Meski begitu, perusahaan industri milik negara mengalami penurunan laba sebesar 4,4% pada periode Januari hingga April dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Perusahaan swasta dan perusahaan dengan investasi asing mengalami peningkatan laba masing-masing sebesar 4,3% dan 2,5%.
Seorang ahli statistik di NBS, Weining Yu, mengaitkan peningkatan profitabilitas dengan ketahanan dan kemampuan sektor industri untuk menahan guncangan. Namun ia memperingatkan bahwa kendala seperti permintaan yang tidak mencukupi dan penurunan harga masih ada dan ketidakpastian dalam lingkungan eksternal masih tinggi.
Song menunjukkan bahwa industri tertentu juga menghadapi tantangan yang lebih berat. Sektor otomotif yang terjebak dalam persaingan harga yang parah sementara sektor pakaian jadi yang kemungkinan besar mengalami peralihan permintaan ke pasar lain setelah penerapan tarif baru.
Keuntungan industri otomotif merosot 5,1% tahun ke tahun dalam empat bulan pertama tahun ini. Sedangkan industri tekstil, pakaian, dan busana mengalami penurunan 12,7%.
Peningkatan keuntungan di perusahaan-perusahaan industri besar terjadi karena ekspansi 6,1% dalam produksi industri di negara itu bulan lalu. Namun, pertumbuhan penjualan ritel melambat menjadi 5,1% dari tahun sebelumnya, yang menggarisbawahi ketidakseimbangan pasokan-permintaan yang terus berlanjut dalam perekonomian.
Sebelumnya, Trump mengenakan tarif yang sangat tinggi sebesar 145% pada impor dari China bulan lalu. China kemudian membalas dengan menaikkan tarif hingga 125%.
Namun awal bulan ini, Washington dan Beijing sepakat untuk menurunkan sebagian besar pungutan tersebut. Gencatan senjata perdagangan dicapai selama pertemuan antara pemerintahan Trump dan pimpinan China di Jenewa, Swiss.
Kini, menurut lembaga pemikir Peterson Institute for International Economics, tarif AS atas barang yang diimpor dari China turun menjadi 51,1%. Pungutan China atas impor AS berada di angka 32,6%.
(sef/sef)
Next Article
Amerika Serikat & China Mulai Perundingan soal Tarif, Apa Hasilnya?
Sumber: www.cnbcindonesia.com