Jakarta, CNBC Indonesia – Secretary General International Maritime Organization Arsenio Dominguez mengungkapkan peran industri maritim dalam mengurangi jejak karbon dengan penggunaan teknologi yang efektif dan efisien, hingga bahan bakar ramah lingkungan. Menurutnya 95% pembuatan kapal berasal dari wilayah Asia, begitu juga aktivitas ekspor dan impor. Hal ini menjadikan Asia berperan penting dalam membawa perubahan serta transisi pada industri maritim global.
Dia menegaskan, meski industri maritim disebut hanya berkontribusi 3% pada pengurangan karbon secara keseluruhan, tetap harus ada upaya nyata yang dilakukan.
“Kalau soal energi terbarukan, peningkatan digitalisasi dan teknologi harus dilakukan. Di luar infrastruktur yang dibutuhkan adalah pelabuhan yang maju dengan digitalisasi, konektivitas dan dekarbonisasi,” kata Arsenio dalam diskusi panel di Indonesia Maritime Week di Jakarta International Convention Center, Jakarta Pusat, Senin (26/5/2025).
IMO menurutnya terus memberikan wawasan, pengalaman, dan berbagi keahlian dengan pelaku industri maritim di kawasan Asia. Pasalnya, kawasan ini menjadi kunci bagi pelayaran seluruh dunia.
Arsenio juga mengungkap langkah organisasinya dalam mendukung investasi terhadap penerapan teknologi baru dan bahan bakar alternatif di 2030. Dengan begitu diharapkan target pengurangan emisi dari sektor maritim bisa mencapai 20-30%, terutama dengan penggunaan energi baru terbarukan.
“Jadi bagaimana proyek-proyek yang dibentuk untuk mendukung transisi hijau, terutama di negara anggota yang memanfaatkan sumber daya nasional,” ujarnya.
Penggunaan energi baru terbarukan menjadi salah satu fokus dalam pengurangan emisi karbon. Untuk pihaknya pun gencar memberikan panduan untuk membantu transisi industri maritim yang lebih hijau.
“IMO juga mendukung negara-negara berkembang untuk menjadi bagian dari transisi (energi) ini (khususnya di industri maritim),” pungkas Arsenio.
(rah/rah)
Next Article
Aksi Nyata PIS Demi Perkuat Peran Wanita di Industri Maritim
Sumber: www.cnbcindonesia.com