Jakarta,CNBC Indonesia-  Pasar keuangan Indonesia kompak menguat pada pekan lalu sejalan dengan meredanya perang dagang China vs Amerika Serikat hingga pemangkasan suku bunga Bank Indonesia. Pasar keuangan Indonesia diharapkan bisa melanjutkan tren positif pada pekan ini.

Selengkapnya mengenai proyeksi sentimen pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup pekan lalu dengan penguatan signifikan. Pada Jumat (23/5/2025), IHSG ditutup naik 0,66% ke 7.214,16, menembus level psikologis 7.200. Dalam sepekan, IHSG melonjak 1,51%, dan selama sebulan terakhir sudah terbang 10,35%.

Penguatan pasar terjadi merata, dengan 280 saham menguat, 315 melemah, dan 211 stagnan. Kapitalisasi pasar meningkat menjadi Rp12.592,72 triliun dengan nilai transaksi harian mencapai Rp12,15 triliun.

Sektor bahan baku mencatatkan kenaikan tertinggi sebesar 5,19%, diikuti oleh utilitas (+1,94%) dan sektor finansial (+0,52%). Saham PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) milik konglomerat Prajogo Pangestu menjadi pendorong utama dengan lonjakan 8,14%, menyumbang lebih dari 23 poin terhadap IHSG. Saham PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dan PT Barito Renewables Energy (BREN) juga turut menopang indeks.

Dari dalam negeri, pelaku pasar menyambut positif potensi penurunan suku bunga acuan dan membaiknya defisit transaksi berjalan. Langkah Danantara untuk efisiensi BUMN lewat M&A juga dinilai memberi prospek cerah bagi sektor korporasi ke depan.

Namun dari sisi global, tekanan masih datang dari lonjakan yield obligasi AS. Yield tenor 30 tahun menembus 5% pada pekan lalu atau level tetringginya sejak Februari tahun ini.

Beralih ke pasar Valuta Asing, rupiah berhasil mencatat penguatan selama enam hari beruntun terhadap dolar AS hingga akhir pekan lalu. 

Merujuk Refinitiv, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Jumat (23/5/2025) ditutup pada posisi Rp16.215/US$ atau menguat 0,67%. Secara mingguan, rupiah terpantau mengalami apresiasi sebesar 1,34%.

Rupiah mencatat beberapa kinerja positif pekan lalu. Di antaranya adalah selalu menguat dalam lima hari perdagangan, membukukan penguatan tajam dalam sepekan, serta menyentuh level terbaiknya sejak Februari 2025.

Posisi penutupan rupiah di Rp 16.215 adalah yang terkuat sejak 17 Februari 2025 (Rp 16.210) atau lebih dari tiga bulan terakhir.

Dalam sepekan, rupiah juga selalu mencatatkan penguatan dalam lima hari perdagangan. Kondisi ini sudah sangat ditemui sejak perang dagang meletus.

Sepanjang pekan lalu, nilai tukar rupiah menguat 1,34%. Ini memperpanjang tren penguatan menjadi dua pekan beruntun. Penguatan sepekan tersebut juga menjadi kabar baik mengingat mata uang Garuda lebih kerap ambruk dalam sepekan.

Sepanjang tahun ini, nilai tukar rupiah hanya menguat sembilan pekan selebihnya ambruk.

Menguatnya rupiah disebabkan oleh ambruknya dolar AS. Mata uang Greenback jatuh karena kekhawatiran atas memburuknya kesehatan fiskal Amerika Serikat membuat para investor bergegas mencari tempat berlindung yang aman.

Indeks dolar AS (DXY) justru melemah 0,32% ke 99,64, meski sebelumnya sempat menguat usai DPR AS mengesahkan RUU besar terkait pemotongan pajak dan belanja negara yang didorong Presiden Donald Trump.

Pasar tampaknya mulai merespons risiko fiskal yang ditimbulkan RUU tersebut, termasuk proyeksi lonjakan utang AS sebesar US$3,8 triliun dalam 10 tahun ke depan. Di sisi lain, data PMI zona euro yang suram semakin membebani euro dan mendukung arus modal ke emerging market, termasuk Indonesia.

Sementara, imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun ditutup relatif stabil di 6,832% pada Jumat (23/5/2025), sedikit menurun dibanding penutupan Kamis di 6,844%.

Stabilitas yield ini menunjukkan bahwa investor tetap optimis terhadap kondisi fiskal dan moneter domestik. Tren penguatan rupiah serta ekspektasi penurunan suku bunga acuan menjadi sentimen penahan tekanan terhadap pasar obligasi dalam negeri, meski yield global mengalami kenaikan tajam.

Bursa Amerika Serikat (AS), Wall Street, ambruk berjamaah pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (23/5/2025) setelah Presiden AS Donald Trump akan memberlakukan tarif tinggi untuk produk Eropa dan Apple,

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 256,02 poin, atau 0,61%, dan ditutup di 41.603,07. Indeks S&P 500 melemah 0,67% dan ditutup di 5.802,82, sementara Nasdaq Composite turun 1% dan berakhir di 18.737,21.

Penurunan kemarin memperpanjang kerugian mingguan bursa AS. S&P 500, Dow, dan Nasdaq semuanya mencatat penurunan lebih dari 2% selama pekan lalu.

Saham Apple turun 3% setelah Trump menulis di Truth Social bahwa iPhone yang dijual di AS harus diproduksi di dalam negeri, dan jika tidak, Apple harus membayar tarif setidaknya 25%.

Langkah Trump terhadap Apple ini merupakan serangan pertama terhadap perusahaan tertentu dalam gelombang kebijakan tarifnya tahun ini.

Senada dengan AS, bursa saham Eropa juga terpuruk pada perdagangan terakhir pekan lalu.

Indeks Stoxx Europe 600 anjlok 0,93%, CAC 40 Prancis jatuh 1,65%, DAX Jerman melemah 1,54%, dan OMXC25 Denmark melandai 0,88%.

Presiden Trump, pada Jumat, mengatakan bahwa pembicaraan dagang dengan Uni Eropa tidak menunjukkan kemajuan dan merekomendasikan tarif langsung sebesar 50% terhadap Uni Eropa, dimulai pada 1 Juni 2025.

Presiden Donald Trump pada hari Jumat mengatakan bahwa ia “merekomendasikan tarif langsung sebesar 50% terhadap Uni Eropa” setelah mengeluhkan bahwa negosiasi perdagangan telah mengalami kebuntuan.

Trump menulis di Truth Social bahwa tarif impor baru yang sangat tinggi ini akan mulai berlaku pada 1 Juni.

UE “sangat sulit untuk diajak bekerja sama. Pembicaraan kami dengan mereka tidak ke mana-mana!”,” tulis Trump mengenai blok beranggotakan 27 negara tersebut, dikutip dari CNBC International.

Saat ditanya pada Jumat apakah pada berniat mencapai kesepakatan dengan UE dalam sembilan hari ke depan, Trump menjawab tidak.

“Saya baru saja mengatakan, ini saatnya kita memainkan permainan dengan cara yang saya tahu,” ujarnya dalam acara penandatanganan perintah eksekutif di Gedung Putih.

“Saya tidak sedang mencari kesepakatan. Maksud saya, kita sudah menetapkan kesepakatannya. Tarifnya 50%.” tambah Trump, yang kerap memuji tarif sebagai alat negosiasi yang ampuh sekaligus sumber pemasukan bagi pemerintah federal.

Pasar keuangan Indonesia hanya akan buka tiga hari pada perdagangan pekan ini karena ada libur cuti bersama Kamis dan Jumat untuk peringatan Kenaikan Yesus Kristus. Mengingat pendeknya hari perdagangan maka investor mesti berpikir cermat dalam mengambil  keputusan.

Terlebih, banyak sentimen pasar penting yang akan mewarnai pasar saham, rupiah, hingga obligasi pada pekan ini.

Prabowo Kembali Luncurkan 6 Insentif Fiskal

Pemerintah akan mengeluarkan paket kebijakan insentif ekonomi pada 5 Juni mendatang. Paket itu terdiri dari enam insentif untuk mendorong aktivitas ekonomi dan daya beli masyarakat pada pertengahan tahun ini.

Enam insentif itu ialah subsidi pembelian motor listrik senilai Rp 7 juta, bantuan pangan untuk periode Juni-Juli 2025, bantuan subsidi upah atau BSU seperti saat masa Pandemi Covid-19 maupun diskon iuran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), diskon tarif listrik seperti awal tahun ini, diskon tarif tiket pesawat lewat pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah (PPN DTP), hingga diskon tarif tol.

“Itu semua sedang dipersiapkan, nanti akan diberlakukan per 5 Juni,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto usai memimpin rapat koordinasi terbatas pemberian paket insentif ekonomi di kantornya, Jakarta, Jumat (23/5/2025).

Airlangga mengatakan, masing-masing insentif itu kini tengah digodok secara detail oleh masing-masing kementerian atau lembaga terkait. Yang jelas, pemberian insentif ini ia bilang telah mendapat persetujuan Presiden Prabowo Subianto untuk mendorong daya beli masyarakat dan perekonomian kuartal II-2025.

“Jadi kita akan siapkan ada 6 paket. Sekarang masing-masing kementerian mempersiapkan regulasinya. Kemarin saya sudah laporkan ke Pak Presiden. Sehingga mudah-mudahan ini segera diumumkan kalau regulasi di masing-masing kementeriannya selesai,” ucap Airlangga.

Khusus untuk Bantuan Subsidi Upah atau BSU, Airlangga mengatakan, nominal pemberian uang yang diberikan kepada para pekerja yang gajinya di bawah UMP sampai Rp 3,5 juta akan lebih kecil ketimbang yang diberikan saat masa Pandemi Covid-19. Kala itu, pemerintah memberikan BSU senilai Rp 600 ribu per bulan sebanyak empat kali.

Sementara itu untuk diskon tarif listrik, ia sebut akan serupa seperti awal tahun ini, yakni sebesar 50%. Namun, ia menekankan pelanggan yang bisa menikmatinya akan diturunkan untuk yang menggunakan daya 1.300 VA ke bawah, dari sebelumnya sampai dengan 2.200 VA.

Adapun untuk tiket pesawat yang akan diberikan insentif fiskal berupa PPN DTP kata dia akan sama seperti saat masa Lebaran atau mudik Idul Fitri 2025. Tujuannya untuk mendongkrak mobilitas selama masa libur sekolah anak-anak.

“Jadi akan ada bantuan-bantuan untuk menunjang daya beli. Itu sedang dipersiapkan semua, nanti akan diperlakukan per 5 Juni,” ucap Airlangga.

Insentif ini tentu menjadi kabar baik di tengah pelemahan ekonomi Indonesia. Perusahaan hingga masyarakat akan mendapatkan dampak positif melalui kenaikan belanja hingga penjualan serta menggeliatnya investasi.

Prabowo Hadiri Puncak KTT ASEAN, Komitmen Kawasan Diuji

Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan menghadiri acara puncak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-46 ASEAN di Kuala Lumpur. 

Dari jadwal resmi ASEAN Summit 2025, acara puncak hari ini mencakup sesi pleno dan retreat para pemimpin negara anggota. Presiden juga dijadwalkan menghadiri ASEAN-AIPA Leaders Interface, pertemuan dengan sektor bisnis ASEAN, serta sejumlah forum regional seperti KTT BIMP-EAGA ke-16 dan ASEAN GCC ke-2. Kehadiran Prabowo menandai debutnya dalam forum kawasan ini sebagai kepala negara, sekaligus panggung untuk memperkenalkan strategi diplomasi ekonomi dan keamanan Indonesia yang baru.

Deputi Protokol Sekretariat Presiden, Yusuf Permana, menyatakan bahwa pertemuan-pertemuan ini diharapkan memperkuat posisi ASEAN dalam menghadapi tekanan geopolitik dan rivalitas kekuatan besar. Presiden Prabowo juga membawa agenda untuk memperluas kerja sama ekonomi, konektivitas, dan ketahanan pangan di kawasan. Dalam situasi global yang penuh gejolak dari konflik Laut China Selatan hingga tantangan energi forum seperti ini menjadi krusial untuk menyatukan sikap.

Tak kalah penting, kehadiran Prabowo juga menjadi simbol transisi kepemimpinan Indonesia yang tetap aktif menjaga harmoni regional

JP Morgan Upgrade Rating: Pasar Saham Libur Panjang, IHSG Ujian di Tepi Resistance

Laporan terbaru JP Morgan pada 19 Mei 2025 menaikkan peringkat saham di pasar berkembang atau emerging market, termasuknya ada Indonesia, Sebelumnya pada Maret lalu, JP Morgan telah menaikkan peringkat dari underweight ke netral, kemudian laporan terbaru menaikkan rating lagi dari netral menjadi overweight.

Ada lima alasan yang membuat pasar emerging market kini lebih dilirik investor ketimbang pasar negara maju. Di antaranya adalah ketidakpastian perang dagang yang sedikit mereda, melemahnya dolar AS, pemulihan ekonomi China, valuasi yang masih murah serta proyeksi pemangkasan suku bunga The Fed.

Upgrade rating Emerging Markets ini menjadi kabar baik saat IHSG memasuki pekan terakhir Mei. Dengan jadwal perdagangan yang hanya tiga hari karena libur Kenaikan Isa Almasih, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di titik rawan. Setelah mencetak kenaikan lebih dari 10% dalam sebulan, kini indeks mendekati resistance penting di area 7.300. Secara teknikal, kegagalan menembus MA200 bisa memicu aksi ambil untung, dengan potensi koreksi ke 6.900-7.000.




Foto: Tradingview
IHSG

Secara fundamental, arus positif masih terasa. Investor asing kembali masuk dengan net buy Rp5 triliun sebulan terakhir. Rupiah menguat cepat ke level Rp16.200/US$, suku bunga acuan BI dipangkas, dan semangat reformasi BUMN mendapat sentimen positif dari Danantara. Bahkan bank sentral China dan Australia ikut memangkas suku bunga. Sentimen dari luar negeri pun ikut mendorong: JPMorgan dalam laporan 19 Mei menaikkan rekomendasi saham emerging market menjadi overweight.

Namun, gejolak eksternal belum reda. Ancaman tarif baru dari Donald Trump ke Uni Eropa dan produk teknologi, hingga lonjakan imbal hasil US Treasury 30 tahun ke 5,15% menjadi sinyal tekanan. Jepang juga menghadapi tekanan obligasi karena inflasi memanas, dan bisa saja menjual US Treasury mereka. Ini menambah tekanan bagi emerging markets, termasuk Indonesia.

Di sisi lain, pemerintah menyiapkan insentif domestik lewat enam paket stimulus berbasis konsumsi yang akan diumumkan untuk kuartal II. Meski volatilitas bisa meningkat karena sikap wait and see menjelang risalah Fed 29 Mei nanti, kekuatan fundamental domestik memberi bantalan. Senin ini (26/5), pasar akan menimbang semua itu, antara peluang melanjutkan rally atau mengambil jeda untuk konsolidasi.

RI-China Sepakat Pakai Mata Uang Lokal, Dolar AS Dikesampingkan

Momentum penting terjadi akhir pekan ini ketika Indonesia dan Tiongkok resmi memperkuat kerja sama penggunaan mata uang lokal.

Dalam penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) oleh Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dan Gubernur People’s Bank of China Pan Gongsheng pada 25 Mei, kedua negara sepakat memperluas transaksi bilateral dengan tidak lagi bergantung pada dolar AS. Penandatanganan ini disaksikan langsung oleh Presiden Prabowo dan PM China Li Qiang menandakan dukungan politik tertinggi bagi kerja sama ini.

Nota kesepahaman ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari perjanjian sebelumnya yang telah diteken sejak beberapa tahun lalu. Namun kini, penguatan kesepakatan difokuskan pada aspek operasional, mulai dari penyediaan infrastruktur sistem pembayaran lintas negara hingga integrasi antara QR Code dan sistem kliring lokal. Dengan skema ini, eksportir dan importir tak perlu lagi menukar rupiah dan yuan ke dolar AS dalam setiap transaksi, memangkas biaya dan risiko nilai tukar.

Langkah ini sangat strategis mengingat nilai perdagangan bilateral RI-Tiongkok mencapai lebih dari US$120 miliar per tahun. Bagi Indonesia, diversifikasi mata uang menjadi pilar penting dalam penguatan ketahanan ekonomi. Terlebih di tengah dominasi dolar yang sering menjadi sumber gejolak di pasar uang dan utang global. Langkah de-dolarisasi ini juga selaras dengan tren yang dilakukan oleh banyak negara berkembang lain, termasuk Brasil, Rusia, dan India.

Ukraina vs Rusia Kembali Memanas

Pasukan Rusia melancarkan serangan besar-besaran menggunakan 367 drone dan rudal ke kota-kota Ukraina sepanjang Sabtu malam (24/5/2025), termasuk ibu kota Kyiv. Dalam serangan udara terbesar sepanjang perang ini, yang menewaskan sedikitnya 12 orang dan melukai puluhan lainnya, menurut para pejabat.

Korban tewas termasuk tiga anak-anak di wilayah utara Zhytomyr, kata pejabat lokal di sana.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menyerukan kepada Amerika Serikat – yang sejak Presiden Donald Trump menjabat mengambil sikap publik yang lebih lunak terhadap Rusia dan pemimpinnya, Vladimir Putin – untuk angkat bicara.

Ini adalah serangan terbesar dalam perang ini dari segi jumlah senjata yang digunakan, meskipun beberapa serangan sebelumnya telah menyebabkan lebih banyak korban jiwa.

Menteri Dalam Negeri Ihor Klymenko mengatakan bahwa 12 orang tewas dan 60 lainnya terluka. Sebelumnya, jumlah korban tewas yang diberikan oleh otoritas daerah dan petugas penyelamat secara terpisah sempat menyebutkan 13 orang tewas.

“Ini adalah serangan gabungan yang kejam yang menargetkan warga sipil. Musuh sekali lagi menunjukkan bahwa tujuannya adalah ketakutan dan kematian,” tulisnya di Telegram.

Serangan ini terjadi saat Ukraina dan Rusia bersiap melakukan hari ketiga dan terakhir dari pertukaran tahanan, di mana kedua belah pihak akan menukar masing-masing 1.000 orang.

Utusan Khusus Amerika Serikat untuk Ukraina, Keith Kellogg, mengatakan pada hari Minggu bahwa serangan tersebut merupakan “pelanggaran yang jelas” terhadap Protokol Perdamaian Jenewa 1977 dan menyerukan gencatan senjata segera.

Risalah FOMC

 The Fed akan mengumumkan risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada Kamis pagi pekan ini. Pasar keuangan Indonesia memang tutup pada Kamis tetapi investor juga mesti mempertimbangkan dampak dari risalah tersebut.

RisalahFOMC yang keluar pekan ini adalah hasil rapat untuk kebijakan suku bunga pada 8 Mei lalu.  The Fed kembali menahan suku bunganya di level 4,25-4,50% pada 8 Mei 2025i. Keputusan ini mencerminkan sikap The Fed yang hati-hati dalam mengantisipasi dampak kebijakan tarif impor Presiden AS Donald Trump.

Dalam pernyataannya, The Fed mengakui ada kenaikan risiko stabilitas harga dan ketenagakerjaan. Kondisi ini membuat bank sentral dalam posisi sulit dalam menentukan arah kebijakan berikutnya.

“Ini bukan situasi di mana kami bisa bertindak secara pre-emptif, karena kami belum tahu apa respons yang tepat hingga melihat data lebih lanjut,” kata Powell dalam konferensi pers usai rapat Federal Open Market Committee (FOMC), dikutip dari CNBC International pada 8 Mei lalu.

Inflasi AS melandai ke 2,4% pada Maret 2025, dari 2,8% pada Februari 2025.

Ketua The Federal Reserve Jerome Powell menegaskan bahwa bank sentral akan tetap bersabar dalam menentukan langkah kebijakan berikutnya, mengingat tingginya ketidakpastian yang masih menyelimuti prospek ekonomi

Trump Ancam Uni Eropa & Apple

Presiden Trump, pada Jumat, mengatakan bahwa ia “merekomendasikan tarif langsung sebesar 50% terhadap Uni Eropa” setelah mengeluhkan bahwa negosiasi perdagangan telah mengalami kebuntuan.

Trump menulis di Truth Social bahwa tarif impor baru yang sangat tinggi ini akan mulai berlaku pada 1 Juni.

Pernyataan Trumo muncul setelah Trump mengancam akan memberlakukan tarif setidaknya 25% terhadap Apple jika perusahaan tersebut tidak mulai memproduksi iPhone di Amerika Serikat.

Menurut Trump Uni Eropa “sangat sulit untuk diajak bekerja sama. Pembicaraan kami dengan mereka tidak ke mana-mana!”,” tulis Trump mengenai blok beranggotakan 27 negara tersebut, dikutip dari CNBC Internarional.

Saat ditanya pada Jumat apakah ia berniat mencapai kesepakatan dengan UE dalam sembilan hari ke depan, Trump menjawab tidak.

“Saya baru saja mengatakan, ini saatnya kita memainkan permainan dengan cara yang saya tahu,” ujarnya dalam acara penandatanganan perintah eksekutif di Gedung Putih.

“Saya tidak sedang mencari kesepakatan. Maksud saya, kita sudah menetapkan kesepakatannya. Tarifnya 50%.” tambah Trump, yang kerap memuji tarif sebagai alat negosiasi yang ampuh sekaligus sumber pemasukan bagi pemerintah federal.

Tindakan Trump ini muncul di tengah meredanya ketegangan tarif. Pada 2 April, Trump telah menerapkan tarif terhadap sebagian besar negara di dunia, yang mengguncang pasar saham dan hampir mendorong S&P 500 ke wilayah pasar bearish.

Namun kemudian ia menunda penerapan tarif paling berat selama 90 hari dan menjalin kesepakatan awal dengan Inggris dan Tiongkok, yang menyebabkan pasar pulih. S&P 500 sempat kembali ke level netral untuk tahun ini pada pekan lalu, namun kembali ke wilayah negatif di akhir perdagangan hari Jumat.

Investor sebelumnya membeli saham dengan spekulasi bahwa akan muncul lebih banyak kesepakatan dagang dengan berbagai negara selama masa jeda 90 hari tersebut. Namun, tindakan Trump pada hari Jumat bisa jadi menunjukkan bahwa harapan tersebut keliru.

Indeks Dolar Jeblok. Imbal Hasil US Treasury Terbang

Indeks dolar ditutup di 99,19 pada perdagangan terakhir pekan lalu atau terlemah sejak 28 April 2025.

Pelemahan dolar ini menunjukkan investor tengah menjual dolar AS dan mencari instrument berdenominasi non-dolar. Rupiah diharapkan bisa menjadi salah satu instrumen buruan investor sehingga terus menguat.



Sementara itu, imbal hasil US Treasury terus melonjak.
Imbal hasil US Treasury tenor 30 tahun bahkan melesat ke kisaran 5% atau level tertingginya sejak Oktober 2023.

Lonjakan imbal hasil ini bisa ikut menyeret naiknya imbal hasil SBN yang pada akhirnya bisa membebani pemerintah. 



Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • KTT Asean
  • Menteri Koperasi dan Wakil Menteri Koperasi mengelar Rapat Kerja Bersama Komisi VI DPR RI

  • Opening Ceremony Indonesia Maritime Week 2025 di Jakarta International Convention Center, Jakarta Pusat. Turut hadir Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Elga), Menteri Perhubungan (Martya), Wakil Menteri Investasi (Romys), Ketua DPP INSA (Elga), dan Sekretaris Jenderal IOM (Romys).

  • Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi di kantor Kementerian Dalam Negeri, Jakarta Pusat.

  • Taklimat Media Bank Indonesia yang akan membahas Kebijakan Makroprudensial Akomodatif untuk Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan di press room kantor pusat BI, Jakarta Pusat.

  • Konferensi pers pemaparan ekonomi dan kinerja keuangan Citi Indonesia triwula I-2025 di Hotel Ayana Midplaza, Jakarta Pusat.

  • Indonesia Sharia Forum 2025 di Sasono Mulyo Ballroom, Le Meridien Hotel, Jakarta Pusat. Turut hadir Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah/Menteri BUMN

  • Konferensi pers Menteri Pekerjaan Umum terkait penyambutan kunjungan Presiden Prancis di Auditorium Kementerian PU, Jakarta Selatan.

  • Konferensi pers KKP “Kiprah Strategis Indonesia di Forum Global LME Athena ke-24” di Media Center KKP, Jakarta Pusat.

  • Energi dan Mineral Forum 2025 di Kempinski Grand Ballroom Hotel Indonesia, Jakarta Pusat. Turut hadir antara lain Menteri ESDM.

  • Konferensi pers Menteri ESDM terkait Pengesahan RUPTL PT PLN (Persero) 2025-2034 di kantor Kementerian ESDM, Jakarta Pusat.

  • Konferensi pers 30 tahun TELKOMSEL dan peluncuran evolusi brand SIMPATI di TELKOMSEL SMART OFFICE, Jakarta Selatan. Turut hadir antara lain Direktur Utama TELKOMSEL.

  • Konferensi pers Badan Pimpinan Daerah Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DKI Jakarta terkait situasi terkini bisnis hotel dan restoran

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  • Rups: STRK, LUCY, PAMG, MYOH, FISH, BUKA, EURO, WIIM,IMPC
  • Public Expose: CLEO, IMPC, JARR, LFLO, PAMG, PEGE, STRK, WIIM
  • Dividen: PTPS, PLIN, MLBI, MARK, BAYU, BRIS, INCO, CITA, GEMS, TOTL, PANI, CBDK, BMHS

Berikut untuk indikator ekonomi RI :


CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.



Sumber: www.cnbcindonesia.com

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *