Jakarta, CNBC Indonesia – Sejak pertengahan bulan Mei, dana asing mulai membanjiri pasar saham Tanah Air. Terkerek kenaikan rating oleh JPMorgan, suku bunga turun, dan stimulus fiskal yang kembali digencarkan.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam sebulan yang berakhir 23 Mei lalu, telah mengalami kenaikan lebih dari 10%. Seiring dengan itu, dana asing ikut mengerek penguatan IHSG dengan net inflow mencapai Rp3,45 triliun.

Jika dilihat lebih spesifik, dana asing mulai membanjiri IHSG pada 14 Mei lalu, dalam sehari ini net foreign buy mencapai Rp2,8 triliun, menandai inflow terbesar sejak tiga tahun lalu.

Sementara itu, jika ditotal dari selama dua pekan sejak 14 – 23 Mei, asing mencatat inflow Rp7,18 triliun. Berikut terlihat pada grafik untuk pergerakan dana asing ke IHSG :


Kembalinya dana asing ke pasar saham, turut memberikan dampak positif pada rupiah yang menguat cepat ke level Rp16.200/US$.

Hal itu juga dipengaruhi suku bunga acuan BI dipangkas, semangat reformasi BUMN mendapat sentimen positif dari Danantara. Bahkan bank sentral China dan Australia ikut memangkas suku bunga.

Sentimen dari luar negeri pun ikut mendorong: JPMorgan dalam laporan 19 Mei menaikkan rekomendasi saham emerging market menjadi overweight.

Meski begitu, masih ada risiko yang patut diantisipasi dari gejolak eksternal belum reda. Ancaman tarif baru dari Donald Trump ke Uni Eropa dan produk teknologi, hingga lonjakan imbal hasil US Treasury 30 tahun ke 5,15% menjadi sinyal tekanan. Jepang juga menghadapi tekanan obligasi karena inflasi memanas, dan bisa saja menjual US Treasury mereka. Ini menambah tekanan bagi emerging markets, termasuk Indonesia.

Di sisi lain, pemerintah menyiapkan insentif domestik lewat enam paket stimulus berbasis konsumsi yang akan diumumkan untuk kuartal II. Meski volatilitas bisa meningkat karena sikap wait and see menjelang risalah Fed 29 Mei nanti, kekuatan fundamental domestik memberi bantalan. Senin ini (26/5), pasar akan menimbang semua itu, antara peluang melanjutkan rally atau mengambil jeda untuk konsolidasi.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(tsn/tsn)



Sumber: www.cnbcindonesia.com

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *