Jakarta, CNBC Indonesia — Citibank N.A., Indonesia (Citi Indonesia) mencatatkan penurunan dana pihak ketiga (DPK) di tengah lesunya pertumbuhan simpanan perbankan secara nasional.

Bank yang kini sepenuhnya fokus pada segmen korporasi itu mencatatkan DPK sebesar Rp55,65 triliun, turun 4,2% secara tahunan atau year on year (yoy) hingga kuartal I-2025.

Sementara itu, bank-bank besar RI mulai gencar menggarap segmen korporasi sebagai mesin pertumbuhan DPK baru. Dalam upaya tersebut, bank-bank pelat merah kompak merilis super app untuk wholesale banking.

CEO Citi Indonesia Batara Sianturi mengatakan meskipun DPK menurun, sebenarnya terjadi peningkatan terhadap dana murah (CASA) bank itu. Komposisi CASA di Citi Indonesia meningkat dari 72,5% menjadi 74% tahun ini, sedangkan 26% sisanya berupa deposito yang membutuhkan biaya pendanaan yang mahal.

Menurut Batara, yang terpenting adalah bagaimana menjaga komposisi dana murah dari struktur pendanaan bank. Sebab, terlalu mengandalkan dana mahal seperti deposito, dinilai kurang baik untuk pendanaan bank.

“Apalagi kalau bunga deposito untuk korporasi itu atas deposito retail. Dalam hal likuiditas ketat ada beberapa yang melakukan itu, dan saya rasa itu tidak terlalu sehat,” jelas Batara saat Konferensi Pers Kinerja Keuangan Citi Indonesia di Ayana Midplace Plaza, Senin (26/5/2025).

Ia mengatakan nasabah Citi Indonesia kebanyakan merupakan perusahaan multinasional besar yang cenderung mencari bank multinasional.

“Jadi itu mandat kunci untuk kami melayani [para nasabah multinasional]. Sehingga sebagian besar likuiditas kita sekitar 80% berasal dari bisnis multinasional. Yang mana melekat,” terang Batara.

Selain segmen korporasi, Citi Indonesia juga mengandalkan segmen komersial sebagai mesin pertumbuhan. Meskipun jumlah DPK segmen tersebut lebih sedikit dibanding segmen korporasi, Batara juga menyebut simpanan mereka bersifat melekat (sticky) seperti segmen ritel.

Selain itu, Batara mengatakan Citi Indonesia juga terus berinvestasi pada platform digital-nya, CitiDirect. Maka, aplikasi untuk global banking itu dapat terus mengalami penataran untuk dapat memenuhi kebutuhan para nasabah multinasional bank itu.

Untuk tahun ini, Citi Indonesia membidik pertumbuhan DPK sekitar 50% di atas pertumbuhan kredit. Batara mengatakan saat ini pihaknya sedang mengkaji ulang rencana bisnis bank (RBB) tahun ini, dan akan memutuskan apakah akan direvisi ke atas atau ke bawah.

Sementara itu, Citi Indonesia mencatatkan penurunan pada penyaluran kredit sebesar 11,22% yoy menjadi Rp27,97 triliun pada tiga bulan pertama tahun ini.

Pada pendanaan, bank milik raksasa Amerika Serikat Citigroup itu juga mencatatkan penurunan hingga Maret 2025. Total DPK tercatat sebesar Rp55,65 triliun, turun 4,2% yoy dari Rp58,09 triliun setahun sebelumnya.

Data Bank Indonesia menunjukkan DPK korporasi meningkat 9,7% yoy menjadi Rp4.204,1 triliun, per kuartal I-2025, melambat dari bulan sebelumnya yang sebesar 12,9%. Meskipun begitu, pertumbuhan DPK korporasi jauh di atas DPK industri yang hanya naik 4,7% yoy menjadi sebesar Rp8.725,6 triliun.

(mkh/mkh)

Saksikan video di bawah ini:

Video: “Titah” Bos BI: Suku Bunga Kredit Harus Turun Demi Ekonomi





Next Article



OJK Terbitkan Aturan Perluasan Usaha Perbankan





Sumber: www.cnbcindonesia.com

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *